Dahulu
kala, ribuan tahun jauh sebelum manusia diciptakan. Setelah Lauhful Mahfudz,
bumi, langit, surga, neraka diciptakan. Saat dimana malaikat dan iblis hidup
berdampingan, dalam damai. Saat itu Iblis adalah bagian dari malaikat. Wajahnya
amat tampan, sayapnya hitam berkilau, perangainya sangat baik, cerdas, rajin,
sopan, juga sangat taat kepada Allah. Selalu beribadah dengan penuh keikhlasan,
karena ketaatannya Iblis pun menjadi makhluk kesayangan Allah saat itu. tak
hanya Allah saja, para Malaikat di Bumi, Langit, dan Arsh pun amat menyayangi
dan menghormatinya. Iblis sangat pandai, dengan kepandaiannya itu tidak
menjadikan dirinya sombong, dan dia tetap rajin belajar di Perpustakaan Langit.
Semua malaikat tahu bahwa tak sembarang Malaikat yang diizinkan untuk ikut
membaca Kitab Lauhful Mahfudz, Iblis pernah memiliki izin khusus tersebut.
Dalam
sebuah kitab disebutkan, karena berbagai keistimewaannya, Allah dan para
Malaikat memberinya Laqob (julukan, panggilan kehormatan) sampai tujuh nama
yaitu, “Al-Abid”, “Az-Zahid”, “Al-Arif billah”, “Al-Wali”, “At-Taqin”,
“Al-Khodim”, “Al-Wira’i” (Ikhlas). Malaikat di Langit Pertama lebih suka
memanggilnya dengan nama “Al-Abid”, yang berarti Hamba Allah. Walaupun semua
makhluk pada dasarnya adalah Abid (Hamba Allah), tapi saat itu hanya Iblis yang
menyandang gelar “Al-Abid”, hamba kepercayaan Allah yang paling taat.
Malaikat
di Langit Ke-Dua memanggilnya dengan sebutan “Al-Zahid”, makhluk yang paling
Zuhud. Waktu telah membuktikan, selama 80.000 tahun sejak penciptaannya Iblis
bersama para malaikat terus menerus Thowaf di Baitul Makmur, Ka’bah yang ada di
langit. Setelah itu, selama 40.000 tahun lamanya Iblis menjabat menjadi
Pemimpin Malaikat di Surga. Kemudian Iblis mengundurkan diri dari jabatannya
dan menjadi Penasehat selama 20.000 tahun. Iblis juga pernah beribadah bersama
para Malaikat Arsh selama 100.000 tahun, padahal kita tahu bahwa hanya malaikat
tingkat tinggi saja yang bisa naik ke Arsh Allah. Tak hanya itu, Iblis juga
pernah beribadah dan berkumpul bersama Malaikat Karobiyin dan Malaikat
Rohaniyin masing-masing selama 100.000 tahun. Hal itu tidak menyebabkan Iblis
menjadi sombong, hatinya benar-benar tulus dan ikhlas beribadah kepada Allah.
Malaikat
Langit ke-Tiga sepakat memanggilnya “Al-Arif Billah”
Karena
kedekatannya dengan Allah, Malaikat Langit ke-Empat memanggilnya “Al-Wali”,
kekasih Allah. Bila Allah memanggil “Ya Waliy” (Wahai Kekasihku), tak ada
satupun makhluk yang berani menjawab kecuali Iblis, karena mereka tahu hanya
Iblis lah yang dimaksud. Saat itu, tak ada satupun makhluk yang lebih dekat
kedudukannya dengan Allah kecuali Iblis.
Ketaqwaannya
pada Allah yang luar biasa membuatnya mendapat gelar “At-Taqin”, Sang Ahli
Taat. Karena tak ada satupun perintah Allah yang tidak dilaksanakannya. Tak ada
satupun dosa yang pernah dilakukannya. Tak ada satu pun hal yang dilakukannya
kecuali dengan izin Allah. Sehingga Malaikat Langit ke-Enam memanggilnya dengan
sebutan “Al-Khodim”, Sang Pelayan-Kepercayaan Allah. Malaikat Langit ke Tujuh
pun tak mau kalah dan memanggil Iblis dengan sebutan “Al-Wira’i”, Makhluk yang
Paling Wira’i.
Begitu
setia dan percayanya Iblis kepada Allah, tak ada apapun yang dapat membuatnya
mengkhianati Allah. Tak ada yang dia sembah selain Allah. Tak ada yang dapat
menggantikan kedudukan Allah di hatinya.
Hingga
saat diciptakannya Adam, semua malaikat protes kepada Allah. “Wahai Tuhanku,
mengapa Engkau ciptakan makhluk yang hanya akan mengakibatkan pertumpahan darah
di bumi?”. Iblis dengan kearifan dan ketaatannya hanya diam.
Allah
menjawab, “Aku lebih tahu, dan Engkau tak tahu.”
Para
Malaikatpun akhirnya menyadari kesalahannya dan minta maaf.
Allah
menciptakan Adam dari Tanah dan meniupkan Ruh-Nya agar tanah itu hidup.
Kemudian Allah memerintahkan kepada para malaikatnya untuk bersujud kepada Adam
(bukan sujud untuk menyembah tetapi sujud penghormatan). Para malaikat pun
patuh dan sujud kepada Adam. Hanya satu malaikat yang enggan sujud kepada Adam,
yaitu Iblis. Malaikat bersayap hitam itu tetap berdiri tegak, hatinya galau.
Dengan ketaatan dan kesetiaannya, dia ingin tetap menjaga hatinya bahwa tak ada
Tuhan selain Allah, Tak ada sesuatu yang pantas disembah kecuali Allah, Tak ada
apapun yang pantas dihormati selain Allah, karena pada dasarnya semua itu
adalah ciptaan Allah. Jika dia harus mengakui kebesaran Allah karena
menciptakan makhluk sehebat Adam, maka Allah lah yang patut tuk disembah, bukan
Adam. Hatinya ingin memberontak, “wahai kekasihku, Tuan-ku, begitu teganya
dirimu menyuruhku untuk menyembah kepada sesama makhluk?!”.
Melihat
hal itu, Allah pun bertanya kepada Iblis, “Mengapa engkau tidak sujud, wahai
Iblis?” bukankah biasanya engkau adalah makhlukku yang paling taat. Tak
biasanya kau mengabaikan perintahku. Apa gerangan yang membuatmu diam?
Dengan
penuh kerendahan hati dan sikap hormat, Iblis pun menjawab “Engkau ciptakan aku
dari Api dan Adam dari Tanah,” maksudnya, kita kan sama-sama makhlukMu ya
Allah. Maafkan aku Ya Allah, di hatiku tak ada yang pantas disembah selain
Engkau ya Allah. Bagaimana bisa Allah lebih memuliakan Adam yang baru saja
dibuat daripada kami yang telah lama taat?
(secara
pribadi, mana ada sih pejabat, mantan presiden yang mau melayankan diri kepada
seorang “bocah wingi sore”? Wajar bila Iblis gak mau sujud kepada Adam.)
Iblis
dalam hatinya bertanya, Ya Allah, salahkah bila aku cemburu pada Adam karena
Engkau lebih menyayangi Adam. Padahal Iblis tahu bahwa manusia bukanlah makhluk
yang kuat. Manusia adalah makhluk yang amat lemah di mata Iblis. Iblis pun
merasa bahwa makhluk selemah Adam tak pantas untuk dihormati atau mendapat
kehormatan seperti itu.
Tak
salah Iblis menjawab demikian, karena kedekatannya dengan Allah. Sementara para
malaikat hanya bisa terdiam, terkejut menyaksikan hal itu. Baru kali ini Iblis
yang begitu taat berani menentang Allah. Yah walau tidak sepenuhnya menentang
sih. Hanya satu perintah saja. Namun, agaknya hal itu cukup membuat murka
Allah. Dengan bijaksana, Allah pun memerintahkan Iblis untuk kembali ke asalnya
yaitu Neraka. Mencabut semua kehormatan dan hak prerogatif Iblis.
Melihat
hal itu, para malaikat serempak memohonkan ampun untuk Iblis. Namun, Iblis
dengan lapang dada dan sabar tetap menerima keputusan Allah.
Rasa
penasarannya kepada manusia membuatnya berani tuk memohon ijin kepada Allah
untuk menggoda manusia, karena semua yang dilakukannya selalu dengan izin pada
Allah. Wahai Adam mari kita buktikan, benarkah engkau memang layak untuk ku
hormati? Benarkah engkau memang pantas untuk diistimewakan oleh Allah?
Allah
pun mengerti akan rasa penasaran Iblis dan mengijinkan Iblis untuk menguji Adam
beserta keturunannya.
Karena
Iblis tahu bahwa Allah memiliki sifat Ar-Rahman dan Ar–Rahim. Iblis juga tahu
bahwa Allah Maha Adil. Hanya Allah yang mengetahui segala kebenaran. Dan Iblis
tetap mempertahankan kebenaran yang dia yakini.
Jadi,
jangan pernah berpikir bahwa Iblis adalah musuh Allah. Iblis diciptakan oleh
Allah untuk menguji kita, untuk menjadi lawan kita, untuk menjadi musuh kita,
apa benar kita pantas mendapatkan lawan sehebat Iblis? Yah, harusnya kita malu
pada Iblis.
Walau
Iblis telah mendapat laknat dari Allah dan diusir dari langit, namun hal itu
tak dapat menghapus ketaqwaan-nya kepada Allah. Iblis tetap beribadah kepada
Allah dan selalu meminta izin Allah setiap mau menguji manusia. Keikhlasan hati
Iblis membuatnya tak peduli akan pahala. Iblis beribadah dan taat tidak
mengharapkan pahala. Bagi Iblis, menguji dan menggoda manusia adalah ibadah.
Iblis tidak pernah protes walau dirinya tak mendapat pahala atas SEMUA
ibadahnya, bahkan dia harus kembali ke neraka. Sedangkan kita, kalau kita mau
jujur, kita beribadah karena mengharapkan pahala atau surga, sudah diberi pahala
pun masih juga gak taat kepada Allah.
Dan
Semoga Bermanfaat.